2. Janji Roh Kudus dalam Kitab Suci
Sepenuh hati mendengarkan Sabda Allah mengenai misteri dan
tindakan Roh Kudus, membuka diri kita pada ilham yang
agung dan mencerahkan, yang akan saya ringkas dalam
butir-butir berikut ini. Beberapa saat sebelum kenaikanNya ke sorga, Yesus berkata kepada para murid-Nya: “Dan Aku akan mengirimkan kepadamu
apa yang dijanjikan BapaKu” (Luk 24:49). Sabda Yesus ini
terwujud pada hari Pentakosta ketika para murid berdoa di
ruang atas bersama Bunda Maria. Pencurahan Roh Kudus pada
kelahiran Gereja itu, merupakan pemenuhan janji yang sejak
dahulu kala diucapkan Allah, diwartakan dan dipersiapkan
sepanjang Perjanjian Lama. Kenyataannya, sejak halaman pertama, Kitab Suci
menampilkan Roh Allah sebagai udara yang “melayang-layang
di atas permukaan air”. Kitab Suci menyatakan bahwa Allah
meniupkan ke dalam lubang hidung manusia nafas kehidupan
(bdk. Kej 2:7). Setelah dosa asal, Roh Allah Pemberi Hidup
terlihat beberapa kali muncul dalam sejarah manusia,
memanggil para nabi, untuk mendesak umat pilihan agar
kembali kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya dengan
setia. Dalam kisah penglihatan Nabi Yehezkiel yang
terkenal itu, Allah, dengan Roh-Nya, membangun kembali
hidup umat Israel, yang digambarkan sebagai
“tulang-tulang kering” (bdk. Yeh 37:1-14). Nabi Yoel
menubuatkan “pencurahan roh” atas seluruh bangsa, tanpa
kecuali. Sang Pengarang Suci itu menulis: “Kemudian dari
pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Rohku
atas semua manusia. … Juga atas hamba-hambamu laki-laki
dan perempuan akan Kucurahkan RohKu” (Yoel 2:28-29)
Pada “kegenapan waktu” (bdk. Gal 4:4), malaikat Allah
memberi kabar kepada Perawan dari Nazaret bahwa Roh Kudus,
“kuasa dari yang Mahatinggi”, akan turun dan menaungi dia.
Anak yang akan lahir itu akan disebut kudus dan akan
disebut Anak Allah (Bdk. Luk 1:35). Dalam kata-kata Nabi
Yesaya, Sang Juru Selamat adalah dia, yang dalam dirinya
berdiam Roh Tuhan (Bdk. Yes 11:1-2; 42:1). Inilah nubuat
yang dipenuhi Yesus pada awal pelayanan publik-Nya di
sinagoga di Nazareth.. Kepada para hadirin yang takjub, Ia
berkata: “Roh Tuhan ada pada-Ku, karena Ia telah mengurapi
Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin. Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
dating” (Luk 4:18-19; bdk. Yes 61:1-2). Saat mengajar
kepada umat yang hadir itulah, Ia mengarahkan nubuat nabi
kepada diri-Nya sendiri dengan mengatakan: “Pada hari ini,
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” . Kemudian,
sebelum wafat-Nya di kayu salib, Yesus beberapa kali
memberitahukan kepada para murid mengenai kedatangan Roh
Kudus, Sang “Penolong” yang perutusannya memberi kesaksian
akan Dia dan membimbing orang beriman dengan mengajar dan
menuntun kepada kepenuhan kebenaran (Bdk. Yoh 14:16-17,
25-26; 15:26; 16:13).
3. Pentakosta, Titik Keberangkatan Bagi Perutusan Gereja
Pada malam di hari kebangkitan, Yesus menampakkan diri
kepada para murid-Nya, “Ia menghembusi mereka dan
berkata, ‘terimalah Roh Kudus’” (Yoh 20:22). Bahkan dengan
kuasa yang lebih besar, Roh Kudus turun atas Para Rasul
pada hari Pentakosta. Kita baca dalam Kisah Para Rasul:
“Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan
angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka
duduk, dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti
nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka
masing-masing” (Kis 2:2-3) Roh Kudus memperbaharui Para Rasul dari dalam, memenuhi mereka dengan kuasa yang mendorong untuk keluar dan dengan
berani mewartakan bahwa “Kristus telah wafat dan bangkit!”
Setelah dibebaskan dari segala ketakutan, mereka mulai
berkata-kata secara terbuka dengan percaya diri (Bdk. Kis
2:29; 4:13; 4:29, 31). Para nelayan yang lemah ini telah
menjadi duta Injil yang bersemangat Bahkan para musuh
mereka tidak bisa memahami bagaimana “orang-orang yang
tak berpendidikan dan biasa saja” (Bdk Kis 4:13) mampu
menunjukkan semangat seperti itu, serta kuat menahan
kesukaran, penderitaan dan penganiayaan dengan gembira. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Terhadap mereka
yang mencoba membungkam mereka, para rasul itu menenjawab:
“Tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang
apa yang telah kami lihat dan dengar” (Kis 4:20). Itulah
alasan mengapa Gereja lahir, dan sejak hari Pentakosta
itu, Gereja tidak henti menyebarkan Kabar Gembira “sampai
akhir zaman” (Kis 1:8)
4. Roh Kudus, Jiwa Gereja dan Azas Persekutuan
Manakala kita ingin memahami perutusan Gereja, maka kita
mesti mengingat kembali peristiwa di Ruang Atas di mana
para murid berkumpul bersama (Bdk Luk 24:49), berdoa
bersama Maria sang “Bunda”, ketika mereka menantikan Roh
yang dijanjikan akan datang. Gambaran Gereja yang baru
terlahir ini hendaknya menjadi sumber ilham yang tetap
bagi setiap komunitas Kristen. Buah-buah kerasulan dan
perutusan pertama-tama tidak mengacu pada program dan
metode pastoral yang secara cerdas ditata dan “efisien”,
tetapi merupakan hasil dari doa yang terus-menerus dalam
komunitas. (Bdk. Evangelii Nuntiandi 75). Lebih lanjut,
agar perutusan menjadi tepat-guna, komunitas harus
bersatu, itu artinya, mereka mesti “sehati dan sejiwa”
(Bdk. Kis 4:32). Hamba Allah Yohanes Paulus II menuliskan
bahwa, bahkan mendahului tindakan, perutusan Gereja
berarti bersaksi dan hidup dengan cara yang bersinar untuk
orang-orang lain (Bdk. Redemptoris Missio 26). Tertullianus menyatakan pada kita bahwa hal itulah yang terjadi pada masa awal Kekristenan, ketika kaum kafir bertobat setelah melihat cinta kasih yang meraja di
antara umat Kristen: “Lihatlah bagaimana mereka mengasihi
satu sama lain” (Bdk. Apology, 39 § 7). Untuk menyimpulkan pengamatan sepintas atas Sabda Allah dalam Kitab Suci ini, saya mengundang Anda untuk
memperhatikan bagaimana Roh Kudus merupakan anugerah tertinggi dari Allah bagi manusia, dan oleh karena itu, kesaksian puncak atas cinta kasih-Nya untuk kita, suatu cinta kasih yang secara tegas diungkapkan sebagai “ya atas
kehidupan”, bahwa Tuhan berkehendak atas setiap ciptaan-Nya. “Ya atas kehidupan” ini, menemukan kepenuhannya dalam Yesus dari Nazaret dan kemenangannya atas kejahatan dengan penebusan. Dalam hal ini, janganlah
pernah kita melupakan bahwa Injil Yesus, tepatnya berkat Roh Kudus, tidak bisa dikurangi maknanya hanya sebagai laporan peristiwa, karena Injil Yesus dimaksudkan untuk menjadi “kabar gembira bagi kaum miskin, pembebasan bagi para tawanan, penglihatan bagi yang buta”. Dengan daya
hidup seperti itulah, kabar gembira diperlihatkan pada
hari Pentakosta, sebagaimana hal ini menjadi rahmat dan
tugas Gereja kepada dunia, sebagai perutusannya yang
utama! Kita adalah buah-buah dari perutusan Gereja ini melalui
karya Roh Kudus. Kita menanggung di dalam diri kita tanda
kasih Bapa dalam Yesus Kristus, yakni Roh Kudus. Marilah
tidak melupakan hal ini, karena Roh Allah selalu mengingat
setiap pribadi, dan mengharapkan, khususnya melalui Anda,
orang muda, agar menggerakkan angin dan api Pentakosta
baru di dunia.
5. Roh Kudus sebagai “Guru Hidup Batin”
Sahabat-sahabat muda terkasih, Roh Kudus kini melanjutkan
karya dengan berdaya dalam Gereja, dan buah-buah Roh
berlimpah-ruah dalam tindakan kita yang siap sedia membuka
daya ini agar segala sesuatu menjadi baru. Untuk alasan
ini, pentinglah bahwa setiap dari kita mengenal Roh Kudus,
menetapkan hubungan denganNya, dan membiarkan diri kita
dibimbing olehNya. Namun, dalam hal ini, pertanyaan yang
wajar muncul: siapakah Roh Kudus bagi saya? Pertanyaan ini
merupakan kenyataan bagi banyak orang Kristen bahwa. Roh
Kudus masih merupakan “Yang Tak Dikenal”. Inilah alasan
mengapa ketika kita mempersiapkan Hari Orang Muda Sedunia
yang akan datang, saya ingin mengundang Anda untuk
mengenal Roh Kudus secara lebih mendalam pada tingkat
pribadi. Dalam syahadat iman, kita menyatakan, “Aku
percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang memberi hidup, Ia
berasal dari Bapa dan Putra” (Syahadat
Nikhea-Konstantinop el). Ya, Roh Kudus, Roh cinta Bapa dan
Putra, adalah sumber hidup yang membuat kita kudus,
“karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita” (Rom
5:5). Meskipun demikian, hal ini tidaklah cukup untuk
mengenal Roh Kudus; kita harus menyambut Dia sebagai
penuntun jiwa, sebagai “Guru Hidup Batin” yang
memperkenalkan kita pada Misteri Allah Tritunggal, karena
Dia sendiri yang bisa membuka diri kita kepada iman, dan
mengizinkan kita menghidupinya setiap hari menuju
kepenuhan. Roh Kudus mendesak kita ke depan mengarah ke
orang lain, menyalakan dalam diri kita api cinta kasih,
menjadikan kita para utusan cinta kasih Allah.
Saya memahami sepenuhnya, bahwa Anda, orang muda, memegang
dalam hati Anda, hormat dan cinta yang agung untuk Yesus,
serta bahwa Anda rindu untuk berjumpa dan bercakap
denganNya. Sungguh, ingatlah bahwa kehadiran yang
meyakinkan dari Roh Kudus dalam diri kitalah yang
meneguhkan, menetapkan, dan membangun pribadi kita dengan
berpola pada pribadi Yesus yang disalibkan dan bangkit.
Maka, marilah kita bersikap akrab dengan Roh Kudus agar
menjadi akrab dengan Yesus.
6. Sakramen Penguatan dan Ekaristi Anda mungkin bertanya, bagaimana kita bisa membiarkan diri kita diperbarui oleh Roh Kudus dan bertumbuh dalam hidup rohani? Jawabannya, sebagaimana Anda ketahui, adalah
berikut ini: kita bisa melakukannya dengan menggunakan
Sakramen-Sakramen, karena iman lahir dan dikuatkan dalam
diri kita melalui Sakramen-Sakramen, khususnya Sakramen-Sakramen inisiasi Kristen: Baptis, Krisma, Ekaristi, yang saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan (Bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1285). Kebenaran mengenai
ketiga sakramen yang mengawali hidup kita sebagi orang
Kristen ini, mungkin diabaikan dalam hidup iman banyak
orang Kristen. Mereka melihat ketiganya sebagai
peristiwa-peristiwa di masa lampau yang tak bermakna untuk
masa kini, seperti akar yang kekurangan sari makanan
pemberi hidup. Hal ini terjadi bahwa banyak orang muda
menjauhkan diri mereka dari hidup iman mereka, setelah
menerima sakramen Krisma. Ada pula orang-orang muda yang
bahkan belum menerima sakramen ini. Memang, melalui
penerimaan sakramen Baptis, Krisma, dan kemudian secara
terus menerus, Ekaristi, maka Roh Kudus menjadikan kita
anak-anak Bapa, saudara-saudari Yesus, anggota Gereja,
mampu menjadi saksi kebenaran Injil dan mampu mewartakan
suka-cita iman. Oleh karena itu saya mengundang Anda untuk merenungkan apa yang saya tuliskan kepada Anda. Hari-hari ini, perlulah secara khusus menyingkap kembali sakramen Krisma dan tempatnya yang penting dalam pertumbuhan rohani kita. Mereka yang telah menerima sakramen Baptis dan Krisma hendaknya ingat bahwa mereka telah menjadi “Bait Roh
Kudus”: Allah hidup di dalam diri mereka. Sadarilah selalu akan hal ini dan berusahalah untuk membiarkan pusaka dalam diri Anda ini bertumbuh dan berbuah kekudusan. Mereka yang dibaptis tetapi belum menerima Sakramen Krisma, yang bersiap untuk menerimanya, mengetahui bahwa dengan cara
ini Anda akan menjadi orang Kristen yang “penuh”, karena Krisma menyempurnakan rahmat baptisan (Bdk. Katekismus Gereja Katolik, 1302-1304).
Sakramen Krisma memberi kita kekuatan istimewa untuk bersaksi dan memuliakan Allah dengan seluruh hidup kita (Bdk Rom 12:1). Sakramen ini membuat kita secara mesra menyadari bahwa kita dimiliki oleh Gereja, “Tubuh
Kristus”, di mana kita semua adalah anggota-anggotanya
yang hidup, dalam solidaritas satu sama lain (Bdk. 1Kor 12:12-25). Dengan membiarkan diri mereka dibimbing oleh Roh, setiap orang yang dibaptis bisa memberi sumbang-sih masing-masing untuk membangun Gereja berkat karisma yang diberikan oleh Roh Kudus, karena bagi “setiap anggota” diberikan karunia Roh demi “kepentingan bersama” (1 Kor 12:7). Manakala Roh bertindak, maka Ia membawa buah-buhNya kepada jiwa, yaitu “kasih, suka cita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan” (Gal 5:22). Kepada mereka yang belum menerima Sakramen Krisma, saya dengan hangat menyampaikan undangan agar Anda mempersiapkan diri untuk menerimanya, dan meminta bantuan kepada imam-imam Anda. Sakramen Krisma adalah kesempatan
istimewa untuk rahmat yang ditawarkan Allah kepada Anda. Jangan lewatkan kesempatan itu! Saya ingin menambahkan sepatah kata mengenai Ekaristi. Supaya bertumbuh dalam hidup Kristen, kita memerlukan
asupan makanan dari Tubuh dan Darah Kristus. Pada kenyataannya, kita dibaptis dan menerima Krisma dengan pandangan menuju ekaristi (KGK, 1322, Sacramentum Caritatis, 17). Sebagai “Puncak dan Sumber” hidup Gereja, Ekaristi merupakan “Pentakosta Abadi”, karena setiap kali kita merayakan misa, kita menerima Roh Kudus yang menyatukan kita secara lebih mendalam dengan Kristus dan makin menyerupakan kita dengan Dia. Para sahabat muda
terkasih, jika Anda mengambil bagian secara berkala dalam
perayaan ekaristi, jika Anda mempersembahkan sebagian
waktu untuk adorasi Sakramen Mahakudus, Sumber kasih, yang
adalah Ekaristi, Anda akan memperoleh kebulatan tekad yang
menggembirakan untuk mengabdikan hidup dengan mengikuti
Injil. Pada saat yang sama, akan Anda alami, bahwa kapan
pun kekuatan kita melemah, Roh Kudus yang memperbarui kita
itu, mengisi kita dengan kekuatanNya, dan memampukan kita
menjadi saksi yang diliputi oleh semangat missioner dari
Kristus yang bangkit.
7. Perlu dan Mendesaknya Perutusan Banyak orang muda memandang hidup dengan gelisah dan mengajukan banyak pertanyaan mengenai masa depan mereka. Dengan cemas mereka bertanya: Bagaimana kita bisa hidup
dalam dunia yang ditandai dengan begitu banyak
ketidakadilan yang parah dan begitu banyak penderitaan
ini? Bagaimana seharusnya kita bersikap atas egoisme dan
kekerasan yang kadang-kadang tampak kuat? Bagaimana kita
memberi makna sepenuhnya dalam hidup? Bagaimana kita bisa
menolong untuk menunjukkan bahwa buah-buah Roh yang
disebut di atas, “kasih, suka cita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, dan pengendalian diri” (bdk. no 6) bisa
mengisi dunia yang cemas dan rapuh ini, dunia yang
sebagian besar darinya adalah orang muda ini? Dalam
keadaan apa, Roh pada ciptaan pertama dan khususnya pada
ciptaan kedua atau penebusan, dapat menjadi jiwa baru atas
kemanusiaan? Janganlah kita lupa, akan lebih besarnya
anugerah Tuhan – dan anugerah Roh Yesus adalah anugerah
terbesar – sedemikian lebih besarnya daripada kebutuhan
dunia untuk menerimanya, dan karena itu, yang lebih agung
serta lebih menggairahkan adalah perutusan Gereja untuk
memberi kesaksian yang dapat dipercaya kepada dunia yang
demikian ini. Anda, orang muda, melalui Hari Orang Muda
Sedunia, ada di jalan yang sedang mewujudkan hasrat Anda
untuk mengambil bagian dalam perutusan ini. Berkenaan
dengan hal ini, sahabat muda terkasih, saya ingin
mengingatkan Anda, akan beberapa kebenaran kunci untuk
direnungkan. Sekali lagi, saya ulangi, bahwa hanya
Kristus yang dapat memenuhi keinginan yang paling intim
yang ada dalam hati setiap pribadi. Hanya Kristus yang
bisa memanusiakan kemanusiaan dan membimbing kemanusiaan
kepada “pengilahian”nya. Melalui daya kekuatan Roh-Nya, Ia
menanamkan kasih ilahi dalam diri kita, dan memampukan
kita mengasihi sesama serta siap sedia untuk pelayanan.
Roh Kudus menerangi kita, mewahyukan Kristus yang
disalibkan dan bangkit, serta menunjukkan pada kita
bagaimana kita bisa makin menyerupai Dia, sehingga kita
bisa menjadi “gambar dan alat cinta kasih yang mengalir
dari Kristus” (Deus Caritas Est, 33). Mereka yang
membiarkan diri dipimpin oleh Roh, mengerti bahwa
menempatkan diri dalam pelayanan Injil bukanlah sebuah
pilihan tambahan saja, karena sadar akan mendesaknya
pewartaan Injil ini bagi orang lain. Meskipun demikian,
kita perlu diingatkan lagi bahwa kita bisa menjadi
saksi-saksi Kristus hanya jika kita membiarkan diri
dipimpin oleh Roh Kudus yang adalah “Pelaku Utama
Penginjilan” (bdk. Evangelii Nuntiandi 75) dan “Pelaku
Utama Perutusan” (Bdk. Redemptoris Missio 21). Sahabat
muda terkasih, sebagaimana para pendahulu saya yang
terpuji itu, Paus Paulus VI dan Paus Yohanes Paulus II
telah mengatakan dalam berbagai kesempatan, mewartakan
Injil dan menjadi saksi iman, adalah hal yang lebih perlu
daripada apapun pada masa ini (Bdk. Redemptoris Missio,
1). Ada orang yang berpikir bahwa menyampaikan khasanah
iman yg berharga ini kepada orang-orang lain berarti tidak
toleran terhadap mereka, namun soalnya bukan itu, karena
menyampaikan Kristus tidak berarti memaksakan Kristus
(bdk. Evangelii Nuntiandi, 80). Lagipula, dua ribu tahun
yang lalu, dua belas Rasul mempersembahkan diri untuk
membuat Kristus dikenal dan dikasihi. Berabad-abad sejak
saat itu, Injil Suci diteruskan pewartaanya oleh kaum pria
dan perempuan yang terilhami oleh semangat perutusan yang
sama. Sekarang juga, ada kebutuhan akan para murid
Kristus yang tiada habis-habisnya memberi waktu dan
tenaganya untuk melayani Injil. Ada kebutuhan akan
orang-orang muda yang mau membiarkan kasih Tuhan menyala
dalam diri mereka, dan yang menanggapi dengan murah hati,
akan panggilan-Nya yang mendesak, seperti halnya yang
telah dilakukan oleh begitu banyak beato-beata dan
santo-santa muda di masa lalu dan di masa zaman ini.
Secara khusus, saya meyakinkan Anda, bahwa Roh Yesus pada
masa ini, sedang mengundang Anda orang muda, untuk menjadi
pembawa kabar gembira Yesus untuk zaman Anda. Kesulitan
yang pasti ditemui kaum tua dalam mendekati lingkungan
orang muda secara menyeluruh dan meyakinkan, bisa jadi
merupakan tanda bahwa Roh Kudus sedang mendesak Anda,
orang muda, untuk mengambil tugas ini oleh Anda sendiri.
Anda mengenal cita-cita, bahasa, dan juga luka-luka,
harapan, serta serentak dengan itu hasrat akan kebaikan
yang dirasakan oleh teman sebaya Anda. Hal ini membuka
dunia yang luas dari emosi, pekerjaan, pendidikan,
harapan, dan penderitaan orang muda… Anda masing-masing
hendaknya berani berjanji kepada Roh Kudus bahwa Anda
akan membawa seorang muda kepada Yesus Kristus dengan
cara yang menurut Anda terbaik, sambil mengetahui
bagaimana “memberi pertanggungjawaban tentang pengharapan
yang ada padamu tetapi dengan lembut dan hormat” (Bdk. 1
Petrus 3:15). Agar mencapai tujuan ini, sahabat-sahatku terkasih, Anda
haruslah kudus, dan Anda haruslah menjadi utusan
(misionaris) oleh sebab kita tak pernah bisa memisahkan
kekudusan dari perutusan (Bdk. Redemptoris Missio, 90)
Janganlah takut untuk menjadi misionaris seperti Santo
Fransiskus Xaverius yang menempuh perjalanan panjang
melalui Timur Jauh untuk mewartakan Kabar Gembira hingga
kekuatannya habis tuntas., atau seperti Santa Theresia
dari Kanak-Kanak Yesus yang menjadi misionaris walaupun ia
tak pernah meninggalkan biara Karmelit. Keduanya adalah
“Pelindung Karya Misi”. Bersiaplah menempatkan diri untuk
menerangi dunia dengan kebenaran Kristus; untuk
menanggapi dengan cinta kasih, kebencian dan
ketidakpedulian akan kehidupan; untuk mewartakan harapan
karena Kristus yang bangkit, di setiap sudut dunia.
8. Memohon ”Pentakosta Baru” bagi Dunia
Sahabat muda terkasih, saya berharap, berjumpa dengan
sebanyak mungkin Anda di Sydney pada bulan Juli 2008.
Kesempatan itu akan menjadi penyelenggaraan ilahi untuk
mengalami kepenuhan daya kekuatan Roh Kudus. Hadirlah
berbondong-bondong dalam jumlah besar supaya menjadi tanda
harapan dan untuk menyampaikan dukungan yang penuh
penghargaan kepada komunitas Gereja di Australia yang
sedang bersiap-siap menyambut Anda. Bagi orang muda di
Negara yang akan menjamu Anda, hal ini akan menjadi
kesempatan luar biasa untuk mewartakan keindahan dan
kegembiraan Injil kepada masyarakatnya, yang dalam banyak
cara, sedang kena arus duniawi. Australia, seperti semua
Negara di Oceania, perlu untuk menemukan kembali akar-akar
Kristiani-nya. Dalam Seruan Apostolik Pasca Sinodal
Ecclesia in Oceania, Paus Yohanes Paulus II menulis:
“Melalui kuasa Roh Kudus, Gereja di Oceania sedang
memperiapkan diri bagi evangelisasi baru, bagi
bangsa-bangsa yang pada masa kini lapar akan Kristus…
Sebuah evangelisasi baru merupakan prioritas pertama bagi
Gereja di Oceania” (no. 18).
Saya meminta Anda agar menyediakan waktu untuk berdoa, dan
untuk persiapan rohani Anda selama tahap terakhir
perjalanan menuju Hari Orang Muda Sedunia ke XXIII,
sehingga di Sydney, Anda akan mampu memperbaharui janji
yang Anda ucapkan saat Baptis dan Krisma. Bersama-sama,
kita akan memohon Roh Kudus, dengan penuh kepercayaan
memohon Tuhan menganugerahkan sebuah Pentakosta Baru bagi
Gereja, dan bagi kemanusiaan di millennium ketiga ini.
Semoga Bunda Maria, yang bersatu dalam doa bersama para
Rasul di Ruang Atas, menemani Anda sepanjang bulan-bulan
ini, dan memperolehkan bagi semua orang muda Kristen,
pencurahan baru Roh Kudus untuk menyemangati hati mereka.
Ingatlah: Gereja mempercayai Anda! Kami, para Gembala,
secara istimewa, mendoakan semoga Anda mengasihi dan
membimbing orang lain untuk makin mengasihi Yesus dan
semoga Anda mengikuti Dia dengan setia. Bersama seluruh
ungkapan ini, saya memberkati Anda semua dengan rasa kasih
sayang yang dalam.
Dari Lorenzago, 20 Juli 2007
BENEDICTUS PP. XVI